Cerpen : ILUSI

Posted in Cerpen on 07/12/2010 by ruangfahriasiza

Buat Mas Rachmat Budi Muliawan dan Sungging Raga

WANITA yang kira-kira berusia tiga puluh tahun itu  membelalakkan matanya. Ketenangan hatinya kini berganti dengan sebuah tekanan yang menyentak ke tulang sumsum bagian terdalam. Begitu menyengatnya hingga dia berulangkali menelan ludahnya yang terasa sangat pahit.

“Kau tidak salah omong, Pak?!” suaranya agak tersedak dengan mata masih membeliak.

Continue reading

Advertisement

Cerpen : Dalam Ruang

Posted in Cerpen on 23/11/2010 by ruangfahriasiza

Dimuat di Tribun Jabar, Minggu, 14 November 2010

DI sebuah ruang, terjadi sidang. Para hulubalang yang biasanya tidur di sudut-sudut sambil menurunkan kursinya hingga sosoknya tidak bisa terlihat dari depan, atau diam-diam mengeluh, “Kapan selesainya? Ngantuk!” kini semua menjadi naga. Saling berdiri dengan telunjuk ditegakkan, membusungkan dada agar terlihat kamera televisi. Ini kesempatan bagus, karena posisi menentukan prestasi. Yang duduk di pojok, mengambil Blackberry yang bergetar, ada tulisan, “Aku sudah nunggu lama nih, Om.” Buru-buru dibalasnya, “Sebentar ya. Ini ada yang lebih penting. Kesempatan buat unjuk gigi.” Lalu dengan angkuh dimatikan BB-nya.

Continue reading

Cerpen : Sebuah Senyum

Posted in Cerpen on 19/08/2010 by ruangfahriasiza

Dimuat di Sumut Pos, Minggu, 15 Agustus 2010

SETIAP berangkat atau pulang bekerja, Syarif pasti melihat lelaki muda itu penuh semangat menyapu jalan. Sapu lidi bertangkai bambu panjang dan seragam kuning-kuning yang mulai kumal selalu jadi pemandangan pada sosok itu. Gerakannya membuang sampah yang kerap menyebarkan bibit penyakit tak pernah berubah. Cepat. Tangkas dan bergairah tinggi.

Bila hari Minggu seperti ini, sejak pukul enam pagi hingga pukul dua siang nanti, jalan protokol ini selalu ramai oleh orang-orang berdagang. Dari mulai buatan Jepang, Cina, sampai Indonesia pun tersedia. Dari mulai pakaian hingga kendaraan bermotor pun ada.

Continue reading

Cerpen : Tarian Kupu-Kupu

Posted in Cerpen on 19/08/2010 by ruangfahriasiza

Dimuat di tabloid NOVA, No. 1172/XXIII, 9 – 15 Agustus 2010

“BAPAKMU mana?”

“Bapakku sudah mati. Bapakmu?”

“Hmm… bapakku, sudah kuanggap mati.”

Penggalan percakapan itu masih menari-nari di bantaran benakku, tanpa menyisihkan sedikit pun suasana lalu yang tergambar. Kala itu kami duduk berdua, di batang pohon yang menjorok ke sungai beraliran deras. Senja telah menyebar menyingkap siang yang meranggas.

Seharusnya tempat yang tidak nyaman itu membuat kami gemetar, karena bisa saja batang pohon itu tiba-tiba menghempas ke sungai dan menggulung kami dalam derasnya aliran.

Continue reading

Cerpen : Dilarang Bicara Dengan Orang Penting

Posted in Cerpen on 02/08/2010 by ruangfahriasiza

Dimuat di Tribun Jabar, Minggu, 1 Agustus 2010

GARA-GARA dianggap menyemburkan serapahan pada mobil mewah yang nyaris menyerempetnya, Jarot dibetot, lalu digeret ke Polsek yang dulu bangunannya hanya sepetak tanah dan kini telah menjadi penuh romantis, tiga lantai dengan halaman yang bisa menampung dua puluh kendaraan roda empat. Setiap lantainya pun ber-AC. Menyenangkan bekerja di sini, desis Jarot ketika tubuhnya didorong masuk ke sebuah ruangan. Kursinya empuk pula. Pantatnya bersemayam adem hingga tak merasakan sentakan tangan kekar yang menekan kedua bahunya mempersilakan duduk.

Dia diinterogasi selama lima jam. Diiringi suara kasar yang menyayat telinga, tapi lagi-lagi (mungkin karena suasana yang sejuk dan pantat yang damai) Jarot tidak terlalu perduli.

Continue reading

Cerpen : Memasung Malam

Posted in Cerpen on 26/07/2010 by ruangfahriasiza

Dimuat di Lampung Post, Minggu 11 Juli 2010

MENUANG arak dari botol penghabisan tak jua membuat Iskandar mau meledak perutnya. Tawanya makin gurih kala tetesan arak yang dihamburkan ke mulutnya berpencaran menetesi dagu dan jatuh memburai di tanah. Lapak kecil yang terletak di pojokan jalan dibahani tepukan penyemangat.

Setelah tetesan terakhir yang bersisa di dagu bagian bawah diusap, lalu dijejalkan ke mulut, tepukan kembali merajai malam kelam. Iskandar bangkit berdiri, menahan huyungan badan. Matanya mulai tak berteman, lingkarannya mengecil dengan sedikit gumpalan di bagian bawah. Kedua tangannya disentakkan ke atas, menantang dingin dan mengirimkan kabar ke pelosok langit. “Hiaaaaaaa!!! Mana uangnya? Mana?!”

Continue reading

Cerpen Perempuan Berpayung Malam

Posted in Cerpen on 07/06/2010 by ruangfahriasiza

Dimuat di Sumut Pos, Minggu, 6 Juni 2010

BIBIR yang dipenuhi warna merah pekat itu selalu menebar senyum pada siapa saja yang lewat. Sesekali menguatkan hati untuk bangkit, sekadar mencolek atau menyapa, siapa tahu ada yang berminat. Namun keberuntungan tak lagi berkawan dengannya. Sejak tiga malam lalu, dia selalu berdiri di jalan ini, membiarkan tubuh direjam dingin dan gelitik malam menuju pagi, tak seorang pun yang berminat padanya.

Sesekali dipandangi iri gadis-gadis ber-tank-top yang cekikan manja dengan pemuda sebaya, ada pula yang sedang bermanja melongokkan kepala ke dalam sebuah mobil mengkilat. Entah siapa di dalamnya. Yang pasti, pintu akan terbuka, lalu gadis itu terlempar ke ruangan ber-AC yang segera menggelinding dari sana dan menyisakan kikikan manja.

Continue reading